Materi: ANGGUKAN UNIVERSAL

Post by : Outbound Malang

Manusia adalah sama dengan logam (dalam sifat dasar mereka). Oleh karena itu yang terbaik di antara mereka semasa jahiliyah (zaman kegelapan) akan menjadi terbaik dalam Islam; asal mereka sampai kepada pemahaman Islam yang besar.

- H.r. Bukhari dan Muslim -

manusia sebenarnya memiliki suara hati yang sama. Itulah yang disebut God-Spot atau fitrah.

Menurut al Qur’an, sebelum bumi danmanusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah, Allah bertanya kepada jiwa manusia: “…Bukankah aku Tuhanmu?” lalu ruh manusia menjawab: “Ya, kami bersaksi…! (Surat Al A’raf ayat 172. Bukti adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah adanya fitrah iman dan di dalam jiwa manusia. Danmenurut Prof. Dr. N. Dryarkara, S.J. ialah adanya suara hati manusia. Suara hati itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa manusia.

Karena itu bila manusia hendak berbuat tidak baik, pasti akan dilarang oleh sura hati nuraninya. Sebab Tuhan tidakmau kalau manusia berbuat tidak baik. Kalau manusia tetap mengerjakan, perbuatan yang tidak baik itu maka suara hatinya akan bernasehat. Dan kalau sudah selesai pasti akan menyesal. Mac Scheler mentakan penyesalan adalah ‘tanda kembali’ kepada Tuhan.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada agama, menurut fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu pada manusia. Tiada dapat diubah (hukum-hukum) ciptaan Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”

- Q.S. 30 Surat Ar Ruum (Bangsa Romawi) Ayat 30 -

Begitu pula apabila kita sedang membaca buku yang bermutu, mendengar pidato yang baik, percakapan berkualitas, mendengar puisi dan syair, atau bahkan menyaksikan film berkelas dunia seperti “Titanic” yang memunculkan arti sifat Muhyi dan Mumiit (Yang Menghidupkan dan Mematikan) dari Sang Kuasa, atau film “Saving Private Ryan” yang menekankan arti integritas dan kesetiaan, atau film “Life is Beautiful” yang menonjolkan arti kekuatan sebuah prinsip hidup. Maka di dalam pikiran danperasaan, akan muncul suatu penilaian yangmenarkan dan meniyakan pengertian, dan pemahaman jika sesai dengan suara hati. Kita sering mengangguk-angguk sebagai tanda pengakuan, disadari atau tanpa disadari. Itulah makna dan bukti dari pengakuan manusia, sesuai dengan perjanjian jiwa antara manusia dengan Tuhan, sebelum menusia dilahirkan. Ketika itu jiwa manusia menjawab danmengaku, “Betul Engkau Tuhan kami.” Jiwa manusia itu mengangguk. Inilah sebuah anggukan universal.

Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari Bani Adam keturunanya dari sulbiyah, danmenyuruh bersaksi terhadap dirinya mereka sendiri (atas peryataan), “Bukankah Aku Tuhanmu?”

Mereka menjawab,

“Ya, kami bersaksi!”…

- Q.S. 7 Surat Al A’raaf (Tempat yang Tinggi) ayat 172 -

namun ada kalanya suara hati itu tertutup, buta. Manusia sering mengabaikan pengakuan ini, yang justru mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, kehancuran (non-fitrah) danlain hal yang pada kahirnya mengakibatkan kegagalan, atau tidak efektif,serta tidak maksimalnya suatu usaha. Saya akan mencoba menjelaskan tujuh faktor yang menutupi fitrah (God-Spot), yang tanpa disadari membuat manusia menjadi buta. Ini mengakibatkan dirinya memiliki kecerdasan hati yang rendah, serta tidak memiliki radar hati sebagai pembimbing. Suara hati sebagai pemberi informasi penting. Belenggu-belenggu tersebut adalah sebagai berikut.

1. Prasangka

2. Prinsip-prinsip hidup

3. Pengalaman

4. Kepentingan dan prioritas

5. Sudut pandang

6. Pembanding

7. Literatur
Incoming search terms for the article:

- Outbound Malang

- Outbound di Malang

- Outbound Training

Materi: Identifikasi Kemampuan Dasar Pemandu Latihan

Post by : Outbound Malang

A. Tujuan

1. Peserta mampu mengidentifikasi potensi kemampuan dirinya sebagai Pemandu Latihan berdasarkan persepsinya sendiri selama ini.

2. Peserta mampu menghayati langsung pelaksanaan peran dan fungsi Pemandu Latihan sebagai Pembimbing, Peserta, dan sekaligus Pengamat dalam suatu proses pelatihan.

3. Peserta menyadari makna umpan-balik dalam kegiatan pelatihan.

B. Pokok Bahasan

1. Kemampuan-kemampuan Dasar Pemandu Latihan.

2. Peran & Fungsi Pemanduan Latihan

3. Prinsip-prinsip Umpan Balik dalam pelatihan

C. Waktu

180 menit efektif

D. Peralatan

1. Kuisioner “Daftar Kemampuan Dasar Pemanduan Latihan” (LKK.I-2.A)

2. Lembar Pengamatan (LKK.I-2.B).

E. Proses

1. Penjelasan singkat tentang tujuan dan materi pokok kegiatan ini.

2. Bagikan kuisioner “Daftar Kemampuan Dasar Pemandu Latihan” (LKK.I-2.A) kepada setiap peserta, beri penjelasan seperlunya, kemudian minta mereka mengisinya dengan tenang dan serius serta jujur. Untuk itu, katakan waktu cukup lama: 1 jam penuh!

3. Setelah selesai, bagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing 3 orang, kemudian bagikan Lembar Pengamatan (LKK.I-2.B) kepada setiap peserta, lalu jelaskan proses kegiatan yang akan berlangsung:

Tiap kelompok mengambil tempat saling terpisah dengan sebuah meja tulis dan 3 buah kursi melingkarinya.

Tiap peserta dalam tiap kelompok akan menjalankan peran sebagai:

- Seorang Klien

- Seorang Konsultan

- Seorang Pengamat

Peran akan dilakukan secara bergiliran setiap 20 menit, sehingga dalam waktu 3 x 20 menit (1 jam), setiap peserta telah menglami semua peranan tersebut. Pemandu akan memberi tanda pada setiap pergantian waktu.

tugas masing-masing peran adalah:

- Klien: menjelaskan hasil isian kuisionernya kepada Konsultan, alasan-alasan mengapa ia mengisi demikian, dan meminta tanggapan Konsutan.

- Konsultan: mendengarkan penjelasan hasil isian kuisioner dari Klien serta alasan-alasannya, mendiskusikan hasil kuisioner tersebut dengan Klien dan mengajukan pendapatnya pada klien.

- Pengamat: mengamati jalannya proses diskusi antara Klien dengan Konsultan dan menilai penampilan serta pelaksanaan tugas Konsultan berdasarkan Lembar pengamatan (LKK.I-2.B). pengamat tidak dibenarkan ikut campur dalam proses tersebut, cukup mengamati dan menilai saja.

4. Selama kegiatan konsultasi berlangsung, Pemandu mengamati setiap kelompok dan mencatat hal-hal yang menarik dan dianggap penting untuk analisa nanti. Awasi agar konsultasi pada setiap kelompok berlangsung serius dan tidak “asal-asalan”.

5. Setelah selesai, seluruh peserta diminta kembali dalam susunan kelas semula. Minta setiap peserta mengungkapkan proses, hasil, dan kesan mereka (baik sebagai Konsultan, Klien maupun pengamat). Catat hal-hal penting di papan tulis mengenai:

- Cara dan sikap Konsultan menghadapi Klien, dan sebaliknya cara dan sikap Klien menghadapi Konsultan.

- Hasil konsultasi antar setiap Klien dengan Konsultannya: apakah ada perubahan pada isian kuisioner semula akibat konsultasi tadi dan mengapa?

- Hasil penilaian pengamat terhadap Konsultan serta proses konsultasi umumnya.

- Kesan umum setiap peserta tentang manfaat kegiatan konsultasi tadi

6. Analisa bersama semua hasil catatan tersebut ke arah kesimpulan tentang:

- Keadaan sekarang rata-rata peserta dalam hal pemilikan kemampuan dasar Pemandu Latihan.

- Fungsi dan peranan seorang Pemandu Latihan sebagai Pembimbing, Peserta atau Pengamat dalam sebuah proses pelatihan.

- Makna umpan balik dalam proses pelatihan dan iskap seorang Pamandu Latihan terhadap umpan balik tersebut (baik dalam memberi atau menerima).

Variasi

1. Setelah langkah-4, setiap peserta boleh saja diminta memberikan hasil isian Lembar Pengamatan mereka kepada Konsultan yang tadi mereka amati, atau bisa saja pada akhir latihan setelah langkah – 6.

2. Setelah langkah-6, jika masih ada waktu, diskusi dan analisa lebih dilanjutkan, tentang: apakah peserta memahami lebih baik siapa Pemandu Latihan dari hasil kuisioner ini jika dikaitkan dengan hasil gambar mereka pada kegiatan sebelumnya? Dalam hal apa saja? Mengapa?
Incoming search terms for the article:

- Outbound Malang

- Outbound di Malang

- Outbound Training

Materi:ZERO MIN PROCESS PENJERNIHAN EMOSI

Pos By : Outbound Malang

I.1. KEKUATAN PRINSIP

(Ingatlah) ketika dua golongan daripadamu hampir kehilangan semangat, (dan ingin mengundurkan diri), sedangkan Allah melindunginya. Kepada Allah hendaknya orang mu’min tawakal.

- Q.S. 3 Surat Ali ‘Imran (Keluarga Imran) ayat 122 -

Saya sedang berada di Jakarta dan sedang menulis buku ini. Hari itu Minggu, tanggal 30 Juli tahun 2000, pukul 12 siang. Tiba-tiba telepon genggam saya berdering. Salah seorang mitra usaha saya, seorang dokter dan juga seorang “master’ di bidang asuransi kesehatan, menghubungi saya. Ia memberi tahu, bahwa dirinya sedang berda di Bali dalam rangka perjalanan bisnis untuk meluncurkan dan memasarkan produk asuransi kesehatan khusus untuk turis asing yang datang ke Bali. Kebetulan dia pernah meminta saya untuk mencarikan seseorang yang memiliki akses pemasaran di sana. Saya langsung teringat pada seorang teman di Bali yang pernah meminta saya untuk dicarikan produk seperti yang ditawarkan oleh mitra usaha itu. Kemudian saya segera menghubunginya. Ini suatu peluang bisnis bagi kawan saya.saya akan mempertemukan mereka berdua. Lalu saya ceritakan hal ihwal tentang mitra usaha saya kepada teman saya yang berada di Bali itu agar mempermudah perkenalannya. Saa jelaskan bahwa mitra usaha saya itu adalah seorang yang sangat ahli di bidang asuransi kesehatan, dan ia pimpinan salah satu perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia, seorang dokter dan sangat sukses di Jakarta. Pernah mencapai omzet pendapatan premi terbesar di Indonesia di bidang asuransi kesehatan. Semua ini saya jelaskan kepada kawan lama saya itu agar timbil suatu keyakinan dalam dirinya bahwa dia akan saya pertemukan dengan orang yang sungguh-sungguh ahli dan tepat dalam bisnis ini.
Tetapi sesuatu hal terjadi di luar dugaan saya. Kawan lama saya itu merasa dirinya tidak sejajar dengan sang mitra usaha. Dia mengungkapkan hal ini kepada saya bahwa dia merasa ragu-ragu untuk menemuinya. Sungguh di luar perkiraan saya. Radar hati saya harus bergerak cepat, saya harus menyakinkan kawan lama saya itu. Saya menyadari paradigma yang terbentuk akibat dari kata-kata dan penjelasan saa tentang sang mitra usaha itu membuat dirinya merasa ‘minder’. Saya tekankan bahwa, “Memang sang mitra usaha itu ahli di bidang asuransi kesehatan, tetapi pengetahuan tentang jaringan pemasaran di Bali oastilah anda lebih menguasainya.” Lalu saya katakan: “Mitra usaha saya itu orang jakarta dan anda tinggal di Bali, jadi anda pasti lebih menguasai pemasaran di Bali, dan bahkan apabila sang mitra usaha itu berjalan sendirian di daerah Kuta saja, pastilah dia tersesat kebingungan,” saya berusaha meyakinkan. Saat itu, bisa saya rasakan bahwa kawan lama saya itu tersenyum dan kepercayaan dirinya tumbuh kembali. Dia berkata: “Baik, berapa nomor teleponnya, dan di mana dia tinggal!” dengan suara penuh keyakinan. Kawan lama saya itu hampir kehilangan peluang usaha senilai 100.000 USD. Produk yang belum pernah ada di Bali. Saya yakin akan berhasil, karena kawan lama saya itu memiliki akses penting di Bali, yang menurut saya berpotensi dan membutuhkan produk tersebut. Bali membutuhkan produk tersebut.
Kisah nyata yang saya alami itu, sekiranya bisa menjelaskan bahwa sebuah keterangan, atau sepotong kalimat, atau sebuah kejadian, mampu mengubah paradigma berpikir seseorang. Dan sebaliknya, mampu menghasilkan sikap yang bisa sangat merugikan. Dalam diri seseorang sebenarnya telah dikaruniai oleh Tuhan sebuah jiwa, di mana dengan jiwa tersebut, tiap orang bebas memilih sikap. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi benar atau salah, bereaksi berhenti atau melanjutkan, bereaksi marah sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, bereaksi baik atau buruk. Andalah sebenarnya penanggung jawab penuh dari reaksi diri anda, sikap anda, dan keputusan anda. Kawan lama saya itu, belum memiliki prinsip kuat dalam cara berpikirnya sehingga menjadi korban lingkungan di sekitarnya. Prinsipnya terbentuk karena kondisi di luar dirinya, bukan dari dalam. Menyimak kisah kawan lama saya, saya harapkan bisa menjelaskan bahwa kita memiliki suatu kebebasan untuk memilih reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi atas diri kita. Andalah penanggungjawab utama atas sikap anda, bukan pada lingkungan anda. Di sanalah bersemayam kepedihan, atau kebahagiaan. Andalah sang penentu.
Lingkungan bisa berubah-ubah dalam hitungan detik tanpa bisa diduga. Namun prinsip adalah abadi. Prinsip tidak berubah. Di sanalah terletak pusat rasa aman yang hakiki. Rasa aman yang tercipta dari dalam, bukan di luar. Prinsip yang benar bukanlah sekedar sikap “proaktif” yang selama ini dikenal di barat, yaitu melihat dan berespon dengan cara yang “berbeda” tanpa prinisp dasar yang jelas. Prinsip dasar adalah suatu kesadaran fitrah (awarenes), berpegang kepada Pencipta yang abadi. Prinsip yang esa, Laa Illallah.
Kemampuan untuk “mengendalikan sukma” ketika suatu permasalahan terjadi atas diri kita (proaktif) adalah sangat sulit dilakukan tanpa adanya kekuatan prinsip yang bisa dipegang teguh. Kemampuan untuk mengendalikan suka (proaktif) melalui prinsip Allah Yang Esa saya namakan Kekuatan Prinsip. Inilah dasar penjernihan emosi kita, bukan proaktif seperti yang diajarkan oleh kalangan orang-orang barat yang masih meraba-raba itu.
Incoming search terms for the article:
* outbound malang
* outbound di malang

Games Outbound: Sentuhan Suara

Post by :Outbound Malang

A. Tujauan Permainan:
1. Berpikir cepat dan tepat
2. Belajar memahami kominikasi yang tidak biasa

B. Alat:
Tidak ada

C. Pelaksanaan:
1. Semua peserta berkumpul dalam satu tempat
2. Peserta duberikan instruksi untuk mendengarkan informasi yang diberikan dan menyentuh apa yang diinstruksikan. Misalnya, Instruksi hidung, maka peserta harus menyentuh hidung, “mata”, maka semua peserta harus menyentuh mata.
3. Instruksi yang diberikan semakin lama semakin cepat. Agar lebih seru, pada saat memberikan instruksi, seorang instruktur
Incoming search terms for the article:

- Outbound Malang
- Outbound di Malang
- Outbound Training

Artikel Motivasi : Sepi

Post by : Outbound di Malang

Sepi kita penyebabnya tidaklah karena tidak adanya orang di sekitar kita. Hanya saja melainkan tidak adanya seseorang di hati kita Kita bisa jadi mengalami kesempatan yang berharga. Hal itu adalah ketika kita merasa malas untuk mengulurkan bantuan kepada orang membutuhkan.
Ketika membantu orang lain, berati kita secara sadar atau tidak sadar sedang membangun hati dengan mereka. Kemudian hati orang lain dengan dawai emas yang tidak tampak. Dawai itu bernama persaudaraan. Semakin banyak kita menjalin dawai semakin jauh hati pula kita dari kesepian. Karena dawai-dawai itu akan mendentingkan nada-nada yang memenuhi dan menghibur jiwa kita di kala sedih dan sepi.

Incoming search terms for the article:
* outbound malang
* outbound di malang

Berkacalah Pada diri Sendiri

Post by : Outbound Malang

Ketika dua cermin saling berhadapan, munsul pantulan yan tak terhingga. Begitulah bila anda mau bercermin pada diri sendiri. Akan anda temukan bayangan yang tak terhingga. Bayangan itu adalah kemampuan yang luar biasa, kerterbatasan yang member I kekutan untuk menembus batas rintangan diri. Berkacalah pada diri sendiri, dan temukan kekuatan itu.
Singkirkan cermin diri orang lain. Di sana hanya terlihat kekurangan dan kelemahan anda yang akan memupuk ketidakpuasan saja. Dan ini akan mejerumuskan anda ke dalam jurang kekecawaan.
Anda bukan orang lain. Anda adalah anda yang memiliki jalan keberhasilan sendiri. Mulailan hari ini dengan menatap wajah anda. Carilah bayangan yang tak terhingga itu. Di sna ada kekuatan yang akan membawa anda ke puncak keberhasilan.

× Dapatkan Penawaran