MENTAL BUILDING MEMBANGUN MENTAL

Post by : Outbound Malang
Sungguh, orang-orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan merekah mahluk sebaik-baiknya.

– Q.S. 98 surat Al Bayyinah (Bukti Nyata) Ayat 7 –

Setelah melalui Bagian Satu, yaitu “Penjernihan Emosi”, anda diharapkan sudah bisa mengenali tujuh faktor yang dapat membelenggu God-spot (fitrah), yaitu: prasangka negatif, prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas yang subyektif, sudut-sudut pandang, pembanding yang tidak obyektif, dan literatur-literatur. Pada bagian tersebut anda diharapkan sudah mampu mengantisipasi dan menjernihkan hati dan pikiran anda yang mungkin terbelnggu, baik secara disadari atau tanpa disadari.
Pada bagian “anggukan Universa”, saya berharap akan timbul suatu kesadaran diri bahwa pada dasarnya manusia memiliki hati yang universal, dengan syarat anda telah memiliki kejernihan hati, serta sudah terbebas dari ketujuh belenggu di atas. Juga akan muncul suatu kesadaran diri bahwa pada hakikatnya anda diberikan suatu karunia oleh Tuhan untuk bebas memilih reaksi anda sendiri terhadap suatu permasalahan yang timbul, atau terhadap suatu gagasan yang dimiliki (freedom of choice). Pada Bagian Satu itu, anda diharapkan juga sudah menyadari akan arti pentingnya efektifitas Bimillahirrahmanirrohim dan keseimbangannya, yang mendahulukan upaya ketimbang menunggu hasil, serta selalu bersikap rahman dan rahim, dan memiliki pemahaman akan arti penting kecerdasan emosi dan spiritual atau ESQ.
Pada Bagian dua ini, setelah anda memiliki kejernihan hati, maka anda akan mulai diisi dan dibangun melalui enam Prinsip yang didasarkan atas Rukun Iman, yaitu membangun prinsip bintang sebagai pegangan hidup; memliki prinisp malaikat sehinggat anda selalu dipercaya oleh orang lain; memiliki prinisp kepemimpinan yang akan membimbing anda menjadi seorang pemimpin yang berpengaruh; menyadari akan arti pentingnya prinsip pembelajaran yang akan mendorong kepada suatu kemajuan; mempunyai prinsip masa depan, sehingga anda akan selalu memiliki visi, dan terakhir yaitu memiliki prinsip keteraturan, sehingga tercipta suatu sistem dalam satu kesatuan tauhid, atau prinsip esa di dalam berpikir.
Setelah melalui pemahaman ekeenam prinsip ini, maka diharapkan anda akanmemiliki suatau landasan kokoh untuk memiliki sebuah kecerdasan hati, yang terbentuk di dalam diri anda. Dan yang terpenting adalah bahwa anda mempunyai suatu pegangan pasti, berupa sebuah prinsip yang sangat kuat dan tidak akan berubah meskipun menghadapi berbagai rintangan dan permasalahan yang sangat berat sekalipun, prinsip in akan abadi selamanya. Inilah sumber kebahagiaan dan ketenteraman di dalamhidup anda dan landasan bagi suatu kecerdasan emosi yang tinggi dan pintu gerbang menuju suatu keberhasilan baik lahir maupun batin.
Semua hasil karya terbaik manusia yang pernah ada, baik yang berbentuk fisik maupun nonfisik, awalnya tercipta melalui proses berpikir dalam alam pikiran. Kemudian dikembangkan dan diwujudkan pada alam nyata. Marilah kita simak contoh pertama, ketika sebuah mobil tercipta dalam berbagai bentuk, type, ukuran, dengan segala kecanggihannya. Terbayangkah dibenak kita, bahwa berabad-abad lalu ada orang yang menciptakan sebuah imajinasi mobil dalam pikirannya kemudian mewujudkannya di alam nyata? Contoh kedua, siapa menyangka air putih yang sehari-hari kita minum, ternyata menjadi sebuah bisnis besar “air mineral’? contoh-contoh di atas memberikan kita sebuah pemahaman bahwa betapa kekuatan berpikir (iman) memiliki potensi besar bagi hidup manusia.
Proses berpikir yang efektif memiliki dasar dan kerangka rujukan yang jelas, dengan didasari rasa tanggung jawab iman. Iman di sini yaitu menyakini dalam hati, mengucapkan dalamlisan serta mengamalkan dalam perbuatan. Iman sebagai dasar rujukan dalam proses berpikir secara aktual yang dimanifestasikan dalam bentuk amalshaleh yaitu untuk mewujudkan rahamatan lil ‘alamin, keseimbangan bagi alam dan segala isinya.
Untuk mencapai kondisi yang rahmatan lil ‘alami, dimana sebuah cita-cita luhur dapat digantungkan setinggi-tingginya, ada dua hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Yang pertama, membangun prinsip berpikir yang benar dengan pijakan dasar yang kuat. Konsep berpikir di sini berhubungan kuat dengan kemampuan nalar (reasoning power) seseorang. Dengan kemampuan nalar ini seseorang dapat mencerna unsur-unsur penting seperti pandangan, paradigma, nilai-nilai dan visi ke depan.pokok yang kedua dinamakan kecerdasan emosi (emotional quotient) yang meliputi unsur suara hati, kesadaran diri, motivasi, etos kerja, keyakinan, integritas, komitmen, konsistensi, presistensi, kejujuran, daya tahan danketerbukaan. Ia semacam motivator dan inspirator utama bagi seseorang untuk mengerahkan seluruh potensi berpikir atau bernalar secara kognitif.
Pada gambar ESQ Model terdapat enam azas yang berfungsi untuk melindungi pusat orbit, atau Fitrah (God Spot). Keenam azas ini berfungsi untuk menjaga agar fitrah di pusat tetap utuh terpelihara. Dan karakteristik dari keenam azas ini adalah sesuai dengan sifat dasar manusia (human nature) yang sejalan dengankehendak hati nurani, serta kehendak alam, sebagai cerminan dari kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Bahkan urutan keenam azas ini disusun secara sistematis sehingga saling menopang antara satu prinsip dengan prinsip yang lain. Semuanya bergerak melingkari titik Tuhan, yaitu berkiblat kepada kehendak Allah. Enam azas ini adalah metode ringkas untuk membangun metal hanif, sehingga seseorang akanmampu mendengar bisikan suara hati ilahiah sebagai bimbingan dari Sang Maha Sempurna.

Incoming search terms for the article:

– Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

Artikel Motivasi: KECERDASAN SPIRITUAL – SQ

Post by : Outbound Malang

Danah Zohar dan Ian Marshall mendefiniskan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untukmenghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Spirirtual Intellegence, Bloomsbury, Great Britain)
Sedangkan di dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran tauhidi (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”. Saya akan berikan contoah, Harry bekerja di sebuah perusahaan otomotif sebagai seorang buruh. Tugasnya memasang dan mengencangkan baut pada jok pengemudi mobil. Itulah tugas rutin yang sudah dikerjakannya selama hampir sepuluh tahun. Karena pendidikannya hanya setingkat SLTP, maka sulit baginya untuk meraih posisi puncak. Saya pernah bertanya kepada Harry bahwa bukankah itu suatu pekerjaan yang sangat membosankan, dia menjawab dengan tersenyum, “Tidakkah ini suatu pekerjaan mulia, saya telah menyelamatkan ribuan orang yang mengemudikan mobil-mobil ini?, saya mengeratkan kuat-kuat kusri pengemudi yang mereka duduki, sehingga mereka sekeluarga selamat, termasuk kursi pengemudi yang anda duduki itu”. Esok harinya saya mendatangi Harry lagi. Saya ajukan pertanyaan, “Mengapa anda tidak melakukan mogok kerja seperti yang lain untuk menuntut kenaikan upah, dan nampaknya saat ini bahkan anda bekerja semakin giat saja?” Ia memandang mata saya, seraya tersenyum ia menjawab “Saya memang senang dengan kenaikan upah itu, seperti teman-teman yang lain, tapi saya memahami bahwa keadaan ekonomi sangat sulit, sehingga perusahaan kekurangan dana, saya memahami pimpinan perusahaan yang juga tentu sedang dalam kesulitan, dan bahkan terancam pemotongan gaji seperti saya. Jadi kalau saya mogok kerja, maka itu hanya akan memperberat masalah mereka”. Lalu ia melanjutkan pembicaraan sambil tersenyum. “Saya bekerja, karena prinsip saya adalah ‘memberi’, bukan hanya untuk perusahaan, tapi untuk ibadah saya.” Setelah lima tahun Harry telah menjadi seorang pengusaha otomotif ternama di Jakarta.
Harry mampu memaknai pekerjaannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia dan Tuhannya yang sangat dicitainya. Ia berpikir secara tauhidi dengan memahami seluruh kondisi perushaan, situasi ekonomi, dan masalah atasannya, dalam satu kesatuan yang esa (integral). Harry mempergunakan prinsip Bismillah dengan tetap bekerja giat dan bahkan lebih giat lagi. Harry berprinsip dari dalam, bukan dari luar, ia tidak terpengaruh oleh lingkungan. Harry adalah seorang raja, raja atas jiwanya. Jiwa yang bebas merdeka dengan prinsip La ilaha illallah. Inilah satu contoh konkrit hasil penggodokan kecerdasan emosi dan spiritual –ESQ. Sebuah penggabungan atau sinergi antara kepentingan dunia (EQ) dankepentingan spiritual (SQ). hasilnya adalah kebahagiaan dan kedamaian pada jiwa Harry, sekaligus etos kerja Harry yang tinggi tak terbatas. Harry menjadi aset perusahaan yang sangat penting. Harryi adalah “rahmatan lil alamiin”.

Take time to THINK. It is the source of power
Take time to READ. It is the foundation of wisdom.
Take time to QUIET. It is the opportunity to seek God.
Take time to DREAM. It is the future made of.
Take time to PRAY. It is the greatest power on earth.

– Author Unknown –

“Kemudian Ia memberinya bentuk (dengan perbandingan ukuran yang baik), dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya. Ia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan (perasaan) hati…”

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

Artikel Motivasi:KECERDASAN EMOSI -EQ

Post by : Outbound Malang

Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun kariernya mandek. Atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan hati mereka.
Saya inginmenyampaikan sesuatu hal yang terjadi di Amerika Serikat tentang kecerdasan emosi. Menurut survey nasional terhadap apa yang diinginkan oleh pemberi kerja, bahwa keterampilan teknik tidak seberapa penting dibandingkan kemampuan dasar untuk belajar dalam pekerjaan yang bersangkutan. Di antaranya, adalah kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keinginan untuk memberi konstribusi terhadap perusahaan. Saya tambahkan lagi pendapat seorang praktisi kaliber internasional, Linda Keegan, salah seorang Vice President untuk pengembangan eksekutif Citibank di salah satu negara Eropa mengatakan bahwa kecerdasan emosi atau EQ harus menjadi dasar dalam setiap pelatihan manajemen.
Dari hasil Test IQ, kebanyakan orang yang memiliki IQ tinggi menunjukan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ sedang, justru sangat berprestasi. Kemampuan akademik, nilai rapor, predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak bisa menjadi tolokk ukur seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang akan dicapai. Menurut makalah Cleland tahun 1973 “Testing For Competence” bahwa “Seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif akan menghasilkan orang-orang yang sukses dan bintang-bintang kinerja.
Saat ini perusahaan-perusahaan raksasa dunia sudah menyadari akan hal ini. Mereka menyimpulkan bahwa inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang, adalah kecerdasan emosi. Sekarang yang menjadi masalah, apakah anda jujur kepada diri anda sendiri? seberapa cermat anda merasakan perasaan terdalam pada diri anda? Seringkah anda tidak memperdulikannya? Menurut hadits diriwayatkan oleh H.R. Muslim, Nabi Muhammad menyatakan

“Dosa membuat hati menjadi gelisah”.

Inilah kunci dari kecerdasan emosi anda, kejujuran pada suara hati. Suara hati inilah yang sebenarnya dicari oleh Stephen Covey di dalam bukunta “The Seven Habits of Highly Effective People” atau yang lebih dikenal dengan “The Seven Habits”. Ini yang seharusnya dijadikan sebagai pusat prinsip yang akan memberikan rasa aman, pedoman, daya dan kebijaksanaan. Menurutnya: “Di sinilah anda berurusan dengan visi dan nilai anda. Di sinilah anda menggunakan anugerah anda, —kesadaran diri (self awareness)— untuk memeriksa peta anda, dan apabila anda menghargai prinsip-prinsip yang benar bahwa paradigma anda adalah berdasarkan pada prinsip dan kenyataan, di sinilah anugerah anda —suara hati— sebagai kompas.”

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada agama, menurut fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu pada manusia. Tiada dapat diubah (hukum-hukum) ciptaan Allah. Itualah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”

– Q.S. 30 surat Ar Ruum (Bangsa Romawi) Ayat 30 –

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

Outbound Malang Motivasi:KEPENTINGAN DAN PRIORITAS

Post by : Outbound Malang

Mereka diberi pahala dua kali karena kesabarannya. Mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan mereka nafkahkan sebagian dari apa yang Kami berikan kepadanya.

– Q.S. 28 Surat Al Qashash (Kisah-kisah) ayat 54 –

Kepentingan tidak sama dengan prioritas. Kepentingan cenderung bersifat mikro (diri sendiri), sedangkan prioritas bersifat makro (universal) yaitu mengarahkan kita untuk melaksanakan hal yang tepat. Prioritas juga lebih spesifik daripada efesiensi, yaitu mengarahkan kita untuk melaksanakan sesuatu secara benar. Dengan demikian, prioritas menjadi sebuah hal yang esensial sekaligus menjawab permasalahan sumber-sumber yang tidak mencukupi, manusia serta materi yang sangat terbatas. Prioritas bermuara dari prinsip, suara hati, kepentingan dan kebijakasanaan.
Hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 2000 yang lalu, sebuah musibah terjadi, kapal selam nuklir Rusia Kursk, kandas di dasar Laut Barents pada kedalaman 119 meter. Kapal perang sepanjang 154 meter (lebih panjang dari lapangan sepak bola yang berukuran 110 meter) dengan bobot permukaan 13.900 ton ini tergolek tanpa daya di dasar laut yang terletak di barat laut rusia. Kapal selam penyerang kelas Oscar II ini mengangkut 118 orang awak dan persenjataan nuklir. Dalam kasus kapal selam nuklir Kursk yang terpuruk di dasar Laut Artik ini, tak terlihat perasaan sesal di kalangan petinggi rusia. Presiden rusia, Vladimir Putin, tidak segera meminta bantuan Internasional karena alasan “rahasia strategis”. Ketika musbah terjadi, menurut “Reuters” maupun AFP, Putin tengah berlibur ke Laut Hitam. Dan baru angkat bicara, serta meminta bantuan internasional aetelah empat hari berita musibah terungkap. Kala itu cadangan oksigen sudah menipis. Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan Noerwegia dengan cepat segera mengirim bantuan tim penyelamat setelah mendapat berita dari Kremlin, empat fari setelah musibah terjadi. Namun perjalanan itu sendiri memakan waktu antara satu sampai dua hari. Beberapa jam sebelum tibanya tim penyelamat Inggris dan Norwegia, seorang panglima angkatan Laut Rusia mengatakan bahwa seluruh awak kapal selam nuklir Kursk yang tergeletak di dasar Laut Barents selama seminggu dan mungkin telah tewas. Akhirnya memang benar, mereka semua telah tewas.
Sebuah prinsipa akan melahirkan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan prioritas apa yang akan didahulukan. Putin, yang mengedepankan kepentingan politik, lebih mementingkan rahasia strategisnya ketimbang 118 nyawa kru kapal selam nuklir Kursk, yang sangat membutuhkan batuan di dasar perairan yang dingin di Laut Baretns. Orang yang berprinsip pada politik, akan memikirkan sesuatu yang bisa memberikan keuntungan secara politik, mereka yang berprinsip pada penghargaan pribadi, akan dan memprioritaskan sebuah keputusan yang akan mengangkat nama dirinya secara pribadi. Mereka yang berprinsip pada perkawanan, akan memperioritaskan sesuatu yang bisa melanggengkan persahabatan. Orang yang berprinsip pada persaingan dan sekaligus bisa mengangkat dirinya. Orang yang berprinsip pada kemenangan kelompok akan mementingkan dan mendahulukan kemenangan tim, meskipun harus mengorbankan kepentingan pribadinya. Pada intinya prinsip akan melahirkan prioritas. Dan orang yang bijaksana akan mengambil suatu keputusan yang mempertimbangkan semua aspek sebagai satu kesatuan tauhid atau prinsip keesaan.
Seringkali suara hati kita turut berbicara memberikan informasi yang maha penting dalam menentukan sebuah prioritas. Tetapi seringkali suara hati itu diabaikan oleh kepentingan dan nafsu sesaat atau kepentingan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek, yaitu justru akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Atau menurut KH. Habib Adnan adalah mengambil jalan pintas yang akan mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Bisikan Suara hati akan mengendalikan prioritas.

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

KAUSALITAS UPAYA VS HASIL

Post by : Outbound Malang
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu ingat (akan Kekuasaan Allah).

– Q.S. 51 Surat Adz Dzariyat (Angin yang Menebarkan) Ayat 49 –

Berikut ini saya akan membahas teori keseimbangan P/PC, yaitu keseimbangan antara P (Production) atau hasil yang diinginkan dengan keseimbangan PC (Production Capability) atau aset untuk menghasilkan output, untuk kemudian dibandingkan dengan prinsip Bimillah.
Menurut Stephen R. Covey, efektifitas yang sebenarnya adalah suatu fungsi dari dua hal, yaitu apa yang dihasilkan atau diproduksi (telur emas) dan aset yang menghasilkan atau kapasitas produksi (angsa). Jika anda menggunakan pola kehidupan yang berfokus pada telur dan mengabaikan angsanya, anda akan kehilangan aset yang menghasilkan telur emas. Sebaliknya, jika anda mengurus angsanya tanpa memperhatikan telur emasnya, anda tidak akan memiliki persediaan yang diperlukan untuk memberi makan diri anda atau angsa anda sendiri.
Perbedaan antara efektifitas Bismillah dengan efektifitas keseimbangan P/PC, atau kausalitas antara upaya dan hasil cukup mendasar. Efektifitas Bismillah adalah bersumber dari kesadaran diri yang tulus mencari ridha Allah, dalam melihat hubungan antara hasil dan upaya, dan ia memiliki integritas yang tinggi kepada Allah yang Maha Besar. Orang yang berprinsip Bimillah tidakperlu diawasi, karena upaya itu adalah merupakan persembahan terbaiknya kepada Allah SWT yang bersumber dari kesadaran diri. Tugas itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan dorongan suara hati, namun ia akan tetap mempergunakan sarana logisnya yaitu otak. Sedangkan efektifitas keseimbangan P/PC adalah hitungan deret ukur dari kepala, bukan dari hati, akibatnya negatifnya dia dapat bekerja dengan tidak tulus, berdasarkan dorongan mesin hitung, bukan ketulusan atau kinerja terbaiknya, kadar integritasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan efektifitas Bismillah. Dengan efektifitas P/PC balance, ini akan menjadi suatu pekerjaan biasa, tetapi dengan prinsip Bismillah akan menjadikan pekerjaan itu sebagai sebuah tugas suci, dan ia percaya akan hukum keadilan dan keseimbangan Tuhan.
Hubungan kausalitas antara upaya dan hasil di dalam pemahaman dunia barat adalah perbandingan antara dua garis lurus sejajar (aksi min reaksi) seperti pada efektifitas P/PC di atas (fabel aesop). Namun pada kenyataanya, hasil tidak sepenuhnya bisa diramalkan seratus persen. Dengan pemahaman seperti ini akan bisa mengakibatkan timbulnya rasa frustasi dan tidak bahagia, ketika melihat kenyataan bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuaid engan kenyataan. Namun di dalam dunia Islam, hubungan kausalitas ini didasari atas pencarian ridha allah SWT (ibadah). Hal ini didasari pada kenyataan bahwa masih terlalu banyak ilmu Allah yang belum diketahui. Kesadaran akan adanya 99 kebenaran suara hati yang berasal dari Asmaul Husna akan menciptakan suatu kesadaran baru bahwa manusia masih harus terus belajar dan berupaya untuk lebih menyempurnakan ilmu pengetahuannya. Di samping itu prinsip mencari ridho Allah ini akan membuat hati menjadi tenteram dan bahagia, meskipun hasil yang diperoleh masih jauh dari harapan, tetapi setiap upaya akan langsung dihargai oleh Allah (ridha Allah SWT). hAsil akhir adalah tingkat kesadaran emosi yang tetap terus terjaga karena menyadari adanya Tuhan yang memiliki ilmu sangat tinggi dan belum tergali, serta upaya maksimal tanpa reserve, karena menyadari akan adanya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Ilmu.
Menurut Dr. Muhammad Luthfi (Dosen Universitas Indonesia), prinsip kausalitas Islam ini diabadikan pada ibadah haji pada saat melakukan sa’i. Ketika itu siti Hajar menentukan prioritas dan upaya yang jelas, yaitu mencari air, bukan yang lain. Kemudian ia berlari-lari bolak-balik tujuh kali dari shafa ke Marwa dalam upaya maksimalnya mendapatkan air. Pada akhirnya air itu diperoleh di dekat Ka’bah, bukan di Shafa atau di Marwah. Inilah makna hubungan kausalitas dalam Islam, yakni menentukan tujuan dan prioritas dengan jelas, upaya maksimal tanpa kenal putus asa, mencari ridho allah dalam bekerja, dan menyadari adanya kekuasaan Allah dalam setiap upaya manusia. Itulah pesan singkat yang dapat dipetik dari Shafa dan Marwah di Mekah al Mukarramah.

Tidak, barangsiapa menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, dan ia berbuat kebaikan, baginya pahala pada Tuhannya. Tiada mereka perlu dikuatirkan, dan tiada mereka berdukacita.

– Q.S. 2 Surat Al Baqarah (Sapi Betina) ayat 112 –

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

Prinsip Bismillah: Dalam Hubungan Sosial

Post by : Outbound Malang

Prinsip Bismillah, selalu bersikap rahman dan rahim kepada sesama. Bersumber dari suara hati terdalam, yang mendorong untuk bersikap pengasih dan penyayang. Dorongan suara hati ini menghasilkan ribuan sikap yang mampu mencerminkan sifat rahman dan rahim, dipelajari atau tidak di pelajari, antara lain: memberi perhatian kepada orang lain, berusaha mengerti perasaan orang lain atau empati, mau mendengar, senang menolong, mau meminta maaf apabila membuat kesalahan, selalu mengucapkan terima kasih, suka menghargai, memberikan senyum yang tulus.
Anda mungkin berpikir bahwa hal di atas adalah sama dengan teori Dale Carnegie. Saya ingin menekankan suatu hal yang sangat penting dan mendasar, yang membedakan antara prinsip Bismillah dengan teori Dale Carnegie.
Meskipun Prinsip Bismillah tidak menerangkan hal-hal di atas secara rinci, tetapi prinisp Bismillah mampu secara otomatis menghasilkan teori-teori Dale Carnegie, karena ia bersumber dari suara hati yang rahman dan rahim. Sedangkan teori Dale Carnegie didasari pada prinsip menghargai orang lain dengan tujuan bisa memperoleh teman dan pengaruh. Prinsip Bismillah adalah suatu kesadaran diri bahwa manusia adalah aset Allah yang harus dihargai, dan bersumber dari suara hati yang alami dan tulus. Apabila orang yang menganut konsep Dale Carnegie kehilangan penghargaan dari orang lain, maka niscaya di akan goyah. Tetapi orang yang memiliki prinsip Bismillah, kehilangan penghargaan dari orang lain, atau bahkan dihina sekalipun, dia tidak akan goyah, karena dia berprinsip dan berpegang kepada Tuahn, bukan kepada manusia. Saya akan memberikan contoh prinsip Bismillah: Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW didatangi oleh seorang nenek tua. Waktu selama lebih kurang satu jam dihabiskan untuk berbincang-bincang dengan nenek tersebut. Dan beliau menghamparkan sorbannya sebagai alas duduk si nenek. Anda tahu materi apa yang dibicarakan? Nabi Muhammad SAW hanya mendengarkan si nenek menceritakan tentang cucunya yang lucu.
Apabila Nabi Muhammad SAW bersalaman dengan anda, maka beliau akan bersalaman dengan erat sambil manatap mata anda, tersenyum dan beliau tidak akan melepaskan genggamannya sampai anda sendiri yang melapas genggaman anda. Dan Nabi Muhammad SAW belum pernah ikut kursus Dale Carnegie pada masa lebih kurang 1400 tahun yang lalu.

Orang yang sabar karena mencari keridhoan Tuhannya, dan mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya yang Kami berikan kepadanya, secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikan, merekalah yang akhirnya mencapai kesudahan (yang baik.)

– Q.S. 13 Surat Ar Ra’d (Guntur) Ayat 22 –

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

× Dapatkan Penawaran