Post by : Outbound Malang
Mugkin ada sesuatu yang selalu anda ingin kerjakan. Sebuah hasrat untuk mengerjakan sesuatu yang anda cita-citakan. Mengapa anda tidak coba mengerjakannya hari ini? Hari ini adalah saat yang paling sempurna untuk memulainya. Dari semua hari yang tersedia, tidak ada yang lebih tepat daripada hari ini.
Anda menginginkan kesempurnaan? Berangkatlah dari yang tidak sempurna terlebih dahulu. Perbaikai satu bagian demi satu satu bagian, maka apa yang anda inginkan akan terwujud di depan mata. Tidak ada karya besar yang muncul dengan sekali duduk.
Mengambil langkah pertama tidakklah sulit. Semuanya ada di dalam jangkauan anda, termasuk hari ini. Jadi tunggu apa lagi, yang terpenting adalah anda memulainnya sekarang, karena anda adalah pemilik hari ini.
Mengapa tidak besok? Karena hari besok belum tentu ada.
Incoming search terms for the article:
* outbound malang
* outbound di malang
Tag: permainan outbound
MATERI : PRINSIP-PRINSIP HIDUP
Post by : Outbound Malang
“Perumpamaan orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung, adalah seperti laba-laba yang membuat rumah untuk dirinya sendiri.” Tetapi sebenarnya rumah laba-laba itu adalah serapuh-rapuhnya rumah, jika mereka tahu.”
- Q.S. 29 Surat Al ‘Ankabuut (Laba-laba) Ayat 41 -
Beberapa dekade ini kita melihat berbagai prinsip hidup yang dianut dan diyakini itu telah menciptakan berbagai tipe pemikiran dengan tujuannya masing-masing. Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Hasilnya bisa dianggap hebat, mengerikan, bahkan menyedihkan.
Di Jepang ada budaya Harakiri, tatkala seseorang merasa bersalah atau putus asa. Ia akan memasukan pedang Katana dan merobek bagian lambungnya kemudian mati perlahan. Jembatan Golden Gate di San Franscisco adalah tempat bunuh diri yang paling populer di Amerika Serikat yang begitu mengagumkan paham Kapitalisme, sementara Uni soviet runtuh karena menganut paham Komunisme.
Paham Peter Drucker dalam bukunya “Management by Objective” ternyata hanya menghasilkan budak-budak materialis di bidang ekonomi, efesiensi, dan teknologi, tetapi hatinya kekeringan dan tidak memiliki keteneraman batin, ada sesuatu yang hilang. Lalu muncullah aliran Theoisme yang mengagungkan ketenteraman dan keseimbangan batin, tetapi menghasilkan manusia-manusia yang lari dari tanggung jawab ekonomi. Pemikiran Dale pengaruhi jutaan orang di dunia dalam tingkah laku, namun masih belum menyentuh sisi terdalam dari inti pemikiran, dan hasilnya adalah mendewakan penghargaan.
Prinsip “Ubber Alles” atau ras yang tertinggi dan prinsip Biefl its Biefl atau perintah adalah perintah yang selalu dikumandangkan oleh Jenderal besar Nazi dan dipegang teguh oleh tentara Nazi Jerman pada Perang Dunia II, memang berhasil membuat Jerman begitu perkasa saat itu. Sebagian daratan Eropa dikuasai dalam waktu relatif singkat dengan dimulainya pertempuran Polandia tahun 1936. Namun akhirnya, sejarah mencatat Nazi Jerman ambruk dan Hitler bunuh diri. Cerita klasik Romeo dan Juliet yang mati bunuh diri bersama hanya karena sebuah cinta, yang kemudian banyak ditiru oleh remaja di dunia. Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa merekalah bangsa pilihan Tuhan di muka bumi ini. Sehingga bangsa itu berupaya sungguh-sungguh membuktikannya. Berusaha menguasai dunia dengan sekuat-kuatnya, senator-senator berpengaruh di Amerika Serikat banyak yang berasal dari kaum ini. Politikus, ilmuwan, bahkan penguasa kaliber dunia banyak dilahirkan dari bangsa Yahudi, seperti Henry Kissinger, Albert Einstein dan Geprge Soros, yang pernah mengguncang dunia saat itu. Sumpah Palapa dari Patih Gajah Mada adalah prinsip yang telah terbukti keberhasilannya pada zaman kerajaan majapahit untuk menyatukan Nusantara kala itu. Budaya Jawa pun sangat kaya dengan prinsip hidup seperti alon-alon asal kelakon, mangan ora mangan sing penting ngumpul, sangat berpengaruh pada sikap sebagian orang Jawa.
Prinsip-prinsip yang tidak fitrah umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah ataupun kegagalan batiniah. Dunia telah membuktikan bahwa prinsip yang tidak sesuai dengan suara hati atau mengabaikan hati nurani seperti pada contoh di atas, terbukti hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan kehancuran.
Prinsip-prinsip buatanmanusia itu sebenarnya adalah suatu upaya pencerian dan coba-coba manusia untuk menemukan arti hidup yang sebenarnya. Mereka umumnya hanya memandang suatu tujuan dari sebelah sisi saja dan tidak menyeluruh, sehingga akhirnya menciptakan suatu ketidak seimbangan, meskipun pada kahirnya keseimbangan alam telah terbukti menghempaskan mereka kembali. Mereka biasanya merasa paling benar, tanpa menyadari bahwa sisi lain dari lingkungannya yang juga memilikiprinsip yang berbeda dengan dirinya. Hanya berprinsip pada sesuatu yang haikiki. Berprinsip dan berpegang pada sesuatu yang lebih labil niscaya akan mengahsilkan sesuatu yang lebuh pula.
Zero Mind 2:
Berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi
“Jika Allah mengetahui dalam diri mereka ada kebaikna, tentulah dijadikan-Nya mereka mendengar. Tetapi sekalipun (Allah) menjadikan mereka mendengar mereka akan berbalik juga dan berpaling.”
(Q.S. 8 Surat Al anfaal (Rampasan Perang) ayat 23)
Incoming search terms for the article:
- Outbound Malang
- Outbound di Malang
- Outbound Training
Materi: ANGGUKAN UNIVERSAL
Post by : Outbound Malang
Manusia adalah sama dengan logam (dalam sifat dasar mereka). Oleh karena itu yang terbaik di antara mereka semasa jahiliyah (zaman kegelapan) akan menjadi terbaik dalam Islam; asal mereka sampai kepada pemahaman Islam yang besar.
- H.r. Bukhari dan Muslim -
manusia sebenarnya memiliki suara hati yang sama. Itulah yang disebut God-Spot atau fitrah.
Menurut al Qur’an, sebelum bumi danmanusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah, Allah bertanya kepada jiwa manusia: “…Bukankah aku Tuhanmu?” lalu ruh manusia menjawab: “Ya, kami bersaksi…! (Surat Al A’raf ayat 172. Bukti adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah adanya fitrah iman dan di dalam jiwa manusia. Danmenurut Prof. Dr. N. Dryarkara, S.J. ialah adanya suara hati manusia. Suara hati itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa manusia.
Karena itu bila manusia hendak berbuat tidak baik, pasti akan dilarang oleh sura hati nuraninya. Sebab Tuhan tidakmau kalau manusia berbuat tidak baik. Kalau manusia tetap mengerjakan, perbuatan yang tidak baik itu maka suara hatinya akan bernasehat. Dan kalau sudah selesai pasti akan menyesal. Mac Scheler mentakan penyesalan adalah ‘tanda kembali’ kepada Tuhan.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada agama, menurut fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu pada manusia. Tiada dapat diubah (hukum-hukum) ciptaan Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
- Q.S. 30 Surat Ar Ruum (Bangsa Romawi) Ayat 30 -
Begitu pula apabila kita sedang membaca buku yang bermutu, mendengar pidato yang baik, percakapan berkualitas, mendengar puisi dan syair, atau bahkan menyaksikan film berkelas dunia seperti “Titanic” yang memunculkan arti sifat Muhyi dan Mumiit (Yang Menghidupkan dan Mematikan) dari Sang Kuasa, atau film “Saving Private Ryan” yang menekankan arti integritas dan kesetiaan, atau film “Life is Beautiful” yang menonjolkan arti kekuatan sebuah prinsip hidup. Maka di dalam pikiran danperasaan, akan muncul suatu penilaian yangmenarkan dan meniyakan pengertian, dan pemahaman jika sesai dengan suara hati. Kita sering mengangguk-angguk sebagai tanda pengakuan, disadari atau tanpa disadari. Itulah makna dan bukti dari pengakuan manusia, sesuai dengan perjanjian jiwa antara manusia dengan Tuhan, sebelum menusia dilahirkan. Ketika itu jiwa manusia menjawab danmengaku, “Betul Engkau Tuhan kami.” Jiwa manusia itu mengangguk. Inilah sebuah anggukan universal.
Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari Bani Adam keturunanya dari sulbiyah, danmenyuruh bersaksi terhadap dirinya mereka sendiri (atas peryataan), “Bukankah Aku Tuhanmu?”
Mereka menjawab,
“Ya, kami bersaksi!”…
- Q.S. 7 Surat Al A’raaf (Tempat yang Tinggi) ayat 172 -
namun ada kalanya suara hati itu tertutup, buta. Manusia sering mengabaikan pengakuan ini, yang justru mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, kehancuran (non-fitrah) danlain hal yang pada kahirnya mengakibatkan kegagalan, atau tidak efektif,serta tidak maksimalnya suatu usaha. Saya akan mencoba menjelaskan tujuh faktor yang menutupi fitrah (God-Spot), yang tanpa disadari membuat manusia menjadi buta. Ini mengakibatkan dirinya memiliki kecerdasan hati yang rendah, serta tidak memiliki radar hati sebagai pembimbing. Suara hati sebagai pemberi informasi penting. Belenggu-belenggu tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prasangka
2. Prinsip-prinsip hidup
3. Pengalaman
4. Kepentingan dan prioritas
5. Sudut pandang
6. Pembanding
7. Literatur
Incoming search terms for the article:
- Outbound Malang
- Outbound di Malang
- Outbound Training
Materi: Identifikasi Kemampuan Dasar Pemandu Latihan
Post by : Outbound Malang
A. Tujuan
1. Peserta mampu mengidentifikasi potensi kemampuan dirinya sebagai Pemandu Latihan berdasarkan persepsinya sendiri selama ini.
2. Peserta mampu menghayati langsung pelaksanaan peran dan fungsi Pemandu Latihan sebagai Pembimbing, Peserta, dan sekaligus Pengamat dalam suatu proses pelatihan.
3. Peserta menyadari makna umpan-balik dalam kegiatan pelatihan.
B. Pokok Bahasan
1. Kemampuan-kemampuan Dasar Pemandu Latihan.
2. Peran & Fungsi Pemanduan Latihan
3. Prinsip-prinsip Umpan Balik dalam pelatihan
C. Waktu
180 menit efektif
D. Peralatan
1. Kuisioner “Daftar Kemampuan Dasar Pemanduan Latihan” (LKK.I-2.A)
2. Lembar Pengamatan (LKK.I-2.B).
E. Proses
1. Penjelasan singkat tentang tujuan dan materi pokok kegiatan ini.
2. Bagikan kuisioner “Daftar Kemampuan Dasar Pemandu Latihan” (LKK.I-2.A) kepada setiap peserta, beri penjelasan seperlunya, kemudian minta mereka mengisinya dengan tenang dan serius serta jujur. Untuk itu, katakan waktu cukup lama: 1 jam penuh!
3. Setelah selesai, bagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing 3 orang, kemudian bagikan Lembar Pengamatan (LKK.I-2.B) kepada setiap peserta, lalu jelaskan proses kegiatan yang akan berlangsung:
Tiap kelompok mengambil tempat saling terpisah dengan sebuah meja tulis dan 3 buah kursi melingkarinya.
Tiap peserta dalam tiap kelompok akan menjalankan peran sebagai:
- Seorang Klien
- Seorang Konsultan
- Seorang Pengamat
Peran akan dilakukan secara bergiliran setiap 20 menit, sehingga dalam waktu 3 x 20 menit (1 jam), setiap peserta telah menglami semua peranan tersebut. Pemandu akan memberi tanda pada setiap pergantian waktu.
tugas masing-masing peran adalah:
- Klien: menjelaskan hasil isian kuisionernya kepada Konsultan, alasan-alasan mengapa ia mengisi demikian, dan meminta tanggapan Konsutan.
- Konsultan: mendengarkan penjelasan hasil isian kuisioner dari Klien serta alasan-alasannya, mendiskusikan hasil kuisioner tersebut dengan Klien dan mengajukan pendapatnya pada klien.
- Pengamat: mengamati jalannya proses diskusi antara Klien dengan Konsultan dan menilai penampilan serta pelaksanaan tugas Konsultan berdasarkan Lembar pengamatan (LKK.I-2.B). pengamat tidak dibenarkan ikut campur dalam proses tersebut, cukup mengamati dan menilai saja.
4. Selama kegiatan konsultasi berlangsung, Pemandu mengamati setiap kelompok dan mencatat hal-hal yang menarik dan dianggap penting untuk analisa nanti. Awasi agar konsultasi pada setiap kelompok berlangsung serius dan tidak “asal-asalan”.
5. Setelah selesai, seluruh peserta diminta kembali dalam susunan kelas semula. Minta setiap peserta mengungkapkan proses, hasil, dan kesan mereka (baik sebagai Konsultan, Klien maupun pengamat). Catat hal-hal penting di papan tulis mengenai:
- Cara dan sikap Konsultan menghadapi Klien, dan sebaliknya cara dan sikap Klien menghadapi Konsultan.
- Hasil konsultasi antar setiap Klien dengan Konsultannya: apakah ada perubahan pada isian kuisioner semula akibat konsultasi tadi dan mengapa?
- Hasil penilaian pengamat terhadap Konsultan serta proses konsultasi umumnya.
- Kesan umum setiap peserta tentang manfaat kegiatan konsultasi tadi
6. Analisa bersama semua hasil catatan tersebut ke arah kesimpulan tentang:
- Keadaan sekarang rata-rata peserta dalam hal pemilikan kemampuan dasar Pemandu Latihan.
- Fungsi dan peranan seorang Pemandu Latihan sebagai Pembimbing, Peserta atau Pengamat dalam sebuah proses pelatihan.
- Makna umpan balik dalam proses pelatihan dan iskap seorang Pamandu Latihan terhadap umpan balik tersebut (baik dalam memberi atau menerima).
Variasi
1. Setelah langkah-4, setiap peserta boleh saja diminta memberikan hasil isian Lembar Pengamatan mereka kepada Konsultan yang tadi mereka amati, atau bisa saja pada akhir latihan setelah langkah – 6.
2. Setelah langkah-6, jika masih ada waktu, diskusi dan analisa lebih dilanjutkan, tentang: apakah peserta memahami lebih baik siapa Pemandu Latihan dari hasil kuisioner ini jika dikaitkan dengan hasil gambar mereka pada kegiatan sebelumnya? Dalam hal apa saja? Mengapa?
Incoming search terms for the article:
- Outbound Malang
- Outbound di Malang
- Outbound Training
Materi:ZERO MIN PROCESS PENJERNIHAN EMOSI
Pos By : Outbound Malang
I.1. KEKUATAN PRINSIP
(Ingatlah) ketika dua golongan daripadamu hampir kehilangan semangat, (dan ingin mengundurkan diri), sedangkan Allah melindunginya. Kepada Allah hendaknya orang mu’min tawakal.
- Q.S. 3 Surat Ali ‘Imran (Keluarga Imran) ayat 122 -
Saya sedang berada di Jakarta dan sedang menulis buku ini. Hari itu Minggu, tanggal 30 Juli tahun 2000, pukul 12 siang. Tiba-tiba telepon genggam saya berdering. Salah seorang mitra usaha saya, seorang dokter dan juga seorang “master’ di bidang asuransi kesehatan, menghubungi saya. Ia memberi tahu, bahwa dirinya sedang berda di Bali dalam rangka perjalanan bisnis untuk meluncurkan dan memasarkan produk asuransi kesehatan khusus untuk turis asing yang datang ke Bali. Kebetulan dia pernah meminta saya untuk mencarikan seseorang yang memiliki akses pemasaran di sana. Saya langsung teringat pada seorang teman di Bali yang pernah meminta saya untuk dicarikan produk seperti yang ditawarkan oleh mitra usaha itu. Kemudian saya segera menghubunginya. Ini suatu peluang bisnis bagi kawan saya.saya akan mempertemukan mereka berdua. Lalu saya ceritakan hal ihwal tentang mitra usaha saya kepada teman saya yang berada di Bali itu agar mempermudah perkenalannya. Saa jelaskan bahwa mitra usaha saya itu adalah seorang yang sangat ahli di bidang asuransi kesehatan, dan ia pimpinan salah satu perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia, seorang dokter dan sangat sukses di Jakarta. Pernah mencapai omzet pendapatan premi terbesar di Indonesia di bidang asuransi kesehatan. Semua ini saya jelaskan kepada kawan lama saya itu agar timbil suatu keyakinan dalam dirinya bahwa dia akan saya pertemukan dengan orang yang sungguh-sungguh ahli dan tepat dalam bisnis ini.
Tetapi sesuatu hal terjadi di luar dugaan saya. Kawan lama saya itu merasa dirinya tidak sejajar dengan sang mitra usaha. Dia mengungkapkan hal ini kepada saya bahwa dia merasa ragu-ragu untuk menemuinya. Sungguh di luar perkiraan saya. Radar hati saya harus bergerak cepat, saya harus menyakinkan kawan lama saya itu. Saya menyadari paradigma yang terbentuk akibat dari kata-kata dan penjelasan saa tentang sang mitra usaha itu membuat dirinya merasa ‘minder’. Saya tekankan bahwa, “Memang sang mitra usaha itu ahli di bidang asuransi kesehatan, tetapi pengetahuan tentang jaringan pemasaran di Bali oastilah anda lebih menguasainya.” Lalu saya katakan: “Mitra usaha saya itu orang jakarta dan anda tinggal di Bali, jadi anda pasti lebih menguasai pemasaran di Bali, dan bahkan apabila sang mitra usaha itu berjalan sendirian di daerah Kuta saja, pastilah dia tersesat kebingungan,” saya berusaha meyakinkan. Saat itu, bisa saya rasakan bahwa kawan lama saya itu tersenyum dan kepercayaan dirinya tumbuh kembali. Dia berkata: “Baik, berapa nomor teleponnya, dan di mana dia tinggal!” dengan suara penuh keyakinan. Kawan lama saya itu hampir kehilangan peluang usaha senilai 100.000 USD. Produk yang belum pernah ada di Bali. Saya yakin akan berhasil, karena kawan lama saya itu memiliki akses penting di Bali, yang menurut saya berpotensi dan membutuhkan produk tersebut. Bali membutuhkan produk tersebut.
Kisah nyata yang saya alami itu, sekiranya bisa menjelaskan bahwa sebuah keterangan, atau sepotong kalimat, atau sebuah kejadian, mampu mengubah paradigma berpikir seseorang. Dan sebaliknya, mampu menghasilkan sikap yang bisa sangat merugikan. Dalam diri seseorang sebenarnya telah dikaruniai oleh Tuhan sebuah jiwa, di mana dengan jiwa tersebut, tiap orang bebas memilih sikap. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi benar atau salah, bereaksi berhenti atau melanjutkan, bereaksi marah sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, bereaksi baik atau buruk. Andalah sebenarnya penanggung jawab penuh dari reaksi diri anda, sikap anda, dan keputusan anda. Kawan lama saya itu, belum memiliki prinsip kuat dalam cara berpikirnya sehingga menjadi korban lingkungan di sekitarnya. Prinsipnya terbentuk karena kondisi di luar dirinya, bukan dari dalam. Menyimak kisah kawan lama saya, saya harapkan bisa menjelaskan bahwa kita memiliki suatu kebebasan untuk memilih reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi atas diri kita. Andalah penanggungjawab utama atas sikap anda, bukan pada lingkungan anda. Di sanalah bersemayam kepedihan, atau kebahagiaan. Andalah sang penentu.
Lingkungan bisa berubah-ubah dalam hitungan detik tanpa bisa diduga. Namun prinsip adalah abadi. Prinsip tidak berubah. Di sanalah terletak pusat rasa aman yang hakiki. Rasa aman yang tercipta dari dalam, bukan di luar. Prinsip yang benar bukanlah sekedar sikap “proaktif” yang selama ini dikenal di barat, yaitu melihat dan berespon dengan cara yang “berbeda” tanpa prinisp dasar yang jelas. Prinsip dasar adalah suatu kesadaran fitrah (awarenes), berpegang kepada Pencipta yang abadi. Prinsip yang esa, Laa Illallah.
Kemampuan untuk “mengendalikan sukma” ketika suatu permasalahan terjadi atas diri kita (proaktif) adalah sangat sulit dilakukan tanpa adanya kekuatan prinsip yang bisa dipegang teguh. Kemampuan untuk mengendalikan suka (proaktif) melalui prinsip Allah Yang Esa saya namakan Kekuatan Prinsip. Inilah dasar penjernihan emosi kita, bukan proaktif seperti yang diajarkan oleh kalangan orang-orang barat yang masih meraba-raba itu.
Incoming search terms for the article:
* outbound malang
* outbound di malang
Games Outbound: Sentuhan Suara
Post by :Outbound Malang
A. Tujauan Permainan:
1. Berpikir cepat dan tepat
2. Belajar memahami kominikasi yang tidak biasa
B. Alat:
Tidak ada
C. Pelaksanaan:
1. Semua peserta berkumpul dalam satu tempat
2. Peserta duberikan instruksi untuk mendengarkan informasi yang diberikan dan menyentuh apa yang diinstruksikan. Misalnya, Instruksi hidung, maka peserta harus menyentuh hidung, “mata”, maka semua peserta harus menyentuh mata.
3. Instruksi yang diberikan semakin lama semakin cepat. Agar lebih seru, pada saat memberikan instruksi, seorang instruktur
Incoming search terms for the article:
- Outbound Malang
- Outbound di Malang
- Outbound Training