KAUSALITAS UPAYA VS HASIL

Post by : Outbound Malang
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu ingat (akan Kekuasaan Allah).

- Q.S. 51 Surat Adz Dzariyat (Angin yang Menebarkan) Ayat 49 -

Berikut ini saya akan membahas teori keseimbangan P/PC, yaitu keseimbangan antara P (Production) atau hasil yang diinginkan dengan keseimbangan PC (Production Capability) atau aset untuk menghasilkan output, untuk kemudian dibandingkan dengan prinsip Bimillah.
Menurut Stephen R. Covey, efektifitas yang sebenarnya adalah suatu fungsi dari dua hal, yaitu apa yang dihasilkan atau diproduksi (telur emas) dan aset yang menghasilkan atau kapasitas produksi (angsa). Jika anda menggunakan pola kehidupan yang berfokus pada telur dan mengabaikan angsanya, anda akan kehilangan aset yang menghasilkan telur emas. Sebaliknya, jika anda mengurus angsanya tanpa memperhatikan telur emasnya, anda tidak akan memiliki persediaan yang diperlukan untuk memberi makan diri anda atau angsa anda sendiri.
Perbedaan antara efektifitas Bismillah dengan efektifitas keseimbangan P/PC, atau kausalitas antara upaya dan hasil cukup mendasar. Efektifitas Bismillah adalah bersumber dari kesadaran diri yang tulus mencari ridha Allah, dalam melihat hubungan antara hasil dan upaya, dan ia memiliki integritas yang tinggi kepada Allah yang Maha Besar. Orang yang berprinsip Bimillah tidakperlu diawasi, karena upaya itu adalah merupakan persembahan terbaiknya kepada Allah SWT yang bersumber dari kesadaran diri. Tugas itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan dorongan suara hati, namun ia akan tetap mempergunakan sarana logisnya yaitu otak. Sedangkan efektifitas keseimbangan P/PC adalah hitungan deret ukur dari kepala, bukan dari hati, akibatnya negatifnya dia dapat bekerja dengan tidak tulus, berdasarkan dorongan mesin hitung, bukan ketulusan atau kinerja terbaiknya, kadar integritasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan efektifitas Bismillah. Dengan efektifitas P/PC balance, ini akan menjadi suatu pekerjaan biasa, tetapi dengan prinsip Bismillah akan menjadikan pekerjaan itu sebagai sebuah tugas suci, dan ia percaya akan hukum keadilan dan keseimbangan Tuhan.
Hubungan kausalitas antara upaya dan hasil di dalam pemahaman dunia barat adalah perbandingan antara dua garis lurus sejajar (aksi min reaksi) seperti pada efektifitas P/PC di atas (fabel aesop). Namun pada kenyataanya, hasil tidak sepenuhnya bisa diramalkan seratus persen. Dengan pemahaman seperti ini akan bisa mengakibatkan timbulnya rasa frustasi dan tidak bahagia, ketika melihat kenyataan bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuaid engan kenyataan. Namun di dalam dunia Islam, hubungan kausalitas ini didasari atas pencarian ridha allah SWT (ibadah). Hal ini didasari pada kenyataan bahwa masih terlalu banyak ilmu Allah yang belum diketahui. Kesadaran akan adanya 99 kebenaran suara hati yang berasal dari Asmaul Husna akan menciptakan suatu kesadaran baru bahwa manusia masih harus terus belajar dan berupaya untuk lebih menyempurnakan ilmu pengetahuannya. Di samping itu prinsip mencari ridho Allah ini akan membuat hati menjadi tenteram dan bahagia, meskipun hasil yang diperoleh masih jauh dari harapan, tetapi setiap upaya akan langsung dihargai oleh Allah (ridha Allah SWT). hAsil akhir adalah tingkat kesadaran emosi yang tetap terus terjaga karena menyadari adanya Tuhan yang memiliki ilmu sangat tinggi dan belum tergali, serta upaya maksimal tanpa reserve, karena menyadari akan adanya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Ilmu.
Menurut Dr. Muhammad Luthfi (Dosen Universitas Indonesia), prinsip kausalitas Islam ini diabadikan pada ibadah haji pada saat melakukan sa’i. Ketika itu siti Hajar menentukan prioritas dan upaya yang jelas, yaitu mencari air, bukan yang lain. Kemudian ia berlari-lari bolak-balik tujuh kali dari shafa ke Marwa dalam upaya maksimalnya mendapatkan air. Pada akhirnya air itu diperoleh di dekat Ka’bah, bukan di Shafa atau di Marwah. Inilah makna hubungan kausalitas dalam Islam, yakni menentukan tujuan dan prioritas dengan jelas, upaya maksimal tanpa kenal putus asa, mencari ridho allah dalam bekerja, dan menyadari adanya kekuasaan Allah dalam setiap upaya manusia. Itulah pesan singkat yang dapat dipetik dari Shafa dan Marwah di Mekah al Mukarramah.

Tidak, barangsiapa menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, dan ia berbuat kebaikan, baginya pahala pada Tuhannya. Tiada mereka perlu dikuatirkan, dan tiada mereka berdukacita.

- Q.S. 2 Surat Al Baqarah (Sapi Betina) ayat 112 -

Incoming search terms for the article:

- Outbound Malang

- Outbound di Malang

- Outbound Training

Prinsip Bismillah: Dalam Hubungan Sosial

Post by : Outbound Malang

Prinsip Bismillah, selalu bersikap rahman dan rahim kepada sesama. Bersumber dari suara hati terdalam, yang mendorong untuk bersikap pengasih dan penyayang. Dorongan suara hati ini menghasilkan ribuan sikap yang mampu mencerminkan sifat rahman dan rahim, dipelajari atau tidak di pelajari, antara lain: memberi perhatian kepada orang lain, berusaha mengerti perasaan orang lain atau empati, mau mendengar, senang menolong, mau meminta maaf apabila membuat kesalahan, selalu mengucapkan terima kasih, suka menghargai, memberikan senyum yang tulus.
Anda mungkin berpikir bahwa hal di atas adalah sama dengan teori Dale Carnegie. Saya ingin menekankan suatu hal yang sangat penting dan mendasar, yang membedakan antara prinsip Bismillah dengan teori Dale Carnegie.
Meskipun Prinsip Bismillah tidak menerangkan hal-hal di atas secara rinci, tetapi prinisp Bismillah mampu secara otomatis menghasilkan teori-teori Dale Carnegie, karena ia bersumber dari suara hati yang rahman dan rahim. Sedangkan teori Dale Carnegie didasari pada prinsip menghargai orang lain dengan tujuan bisa memperoleh teman dan pengaruh. Prinsip Bismillah adalah suatu kesadaran diri bahwa manusia adalah aset Allah yang harus dihargai, dan bersumber dari suara hati yang alami dan tulus. Apabila orang yang menganut konsep Dale Carnegie kehilangan penghargaan dari orang lain, maka niscaya di akan goyah. Tetapi orang yang memiliki prinsip Bismillah, kehilangan penghargaan dari orang lain, atau bahkan dihina sekalipun, dia tidak akan goyah, karena dia berprinsip dan berpegang kepada Tuahn, bukan kepada manusia. Saya akan memberikan contoh prinsip Bismillah: Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW didatangi oleh seorang nenek tua. Waktu selama lebih kurang satu jam dihabiskan untuk berbincang-bincang dengan nenek tersebut. Dan beliau menghamparkan sorbannya sebagai alas duduk si nenek. Anda tahu materi apa yang dibicarakan? Nabi Muhammad SAW hanya mendengarkan si nenek menceritakan tentang cucunya yang lucu.
Apabila Nabi Muhammad SAW bersalaman dengan anda, maka beliau akan bersalaman dengan erat sambil manatap mata anda, tersenyum dan beliau tidak akan melepaskan genggamannya sampai anda sendiri yang melapas genggaman anda. Dan Nabi Muhammad SAW belum pernah ikut kursus Dale Carnegie pada masa lebih kurang 1400 tahun yang lalu.

Orang yang sabar karena mencari keridhoan Tuhannya, dan mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya yang Kami berikan kepadanya, secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikan, merekalah yang akhirnya mencapai kesudahan (yang baik.)

- Q.S. 13 Surat Ar Ra’d (Guntur) Ayat 22 -

Incoming search terms for the article:

- Outbound Malang

- Outbound di Malang

- Outbound Training

× Dapatkan Penawaran