Games Outbound: Sumo Pong

Post by : : Outbound Malang

A. Tujuan Permainan:
1. Mengatur strategi
2. Melatih percaya diri
B. Alat:
Tali untuk membuat arena pertandingan
C. Pelaksanaan:
1. Arena dibuat persegi dengan panjang 3 meter
2. Permainan ini dimainkan satu lawan satu
3. Tangan peserta dtempatkan di punggung. Para peserta salingdorong untuk menjatuhkan lawan

Incoming search terms for the article:
Outbound Malang
– Outbound di Malang
– Outbound Training

Games Outbound: Sungai Asam

Post by : Outbound Malang

A. Tujuan Permainan: Melatih Kekompakan
B. Alat:
1. Tempat pijakan (batu bata, kertas, atau yang lainnya)
2. Tali yang digunakan sebagai jalur

C. Pelaksanaan :
1. Permainan dimainkan berkelompok 5-10 orang
2. Semua anggota kelompok harus bergandengan tangan dan berjalan melewati jalur yang disediakan

D. Peraturan:
1. Semua anggota kelompok harus tetap bergandengan sampai garis finis
2. Peserta yang menginjak tanah (berada di luar pijakan) dianggap gugur

Incoming search terms for the article:
Outbound Malang
– Outbound di Malang
– Outbound Training

MANUSIA & DUNIA : PUSAT MASALAH

Post by: Outbound Malang

Filsafat Freire bertolak dari kenyataan bahwa di dunia ini ada sebagian manusia yang menderita sedemikian rupa sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain, justru dengan cara-cara yang tidak adil. Dalam kenyataannya, kelompok manusia yang pertama adalah bagian mayoritas umat manusia, sementara kelompok yang kedua adalah bagian minoritas umat manusia. Dari segi jumlah ini saja keadaan tersebut sudah memperlihatkan adanya kondisi yang tidak berimbang, yang tidak adil. Inilah yang disebut oleh Freire sebagai “situasi penindasan”. Bagai Freire, penindasan, apa pun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi, esuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi ini bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas dan juga atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak menusiawi karena hak-hak asasi mereka dinistakan, karena mereka dibuat tak berdaya dan dibenamkan dalam :kebudayaan bisu” (submerged in the cultur of silence) adapun minoritas kaum penindasan menjadi tidak manusiawi karena telah memdustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi manusia sesamanya. Karena itu tak ada pilihan lain, ikhtiar memanusiakan kembali manusia (humanisasi) adlah pilihan mutlak. Humanisasi adalah satu-satunya pilihan bagi kemanusiaan, karena walaupun dehumanisasi adalah kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia dan tetap merupakan suatu kemungkinan antologis di masa mendatang, namun ia bukanlah suatu keharusan sejarah. Secara dialektis, suatu kenyataan tidaklah mesti menjadi suatu keharusan. Jika kenyataan menyimpang dari kaharusan, maka menjadi tugas manusia untuk merubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Inilah fitrah manusia ejati (the man’s ontological vocation). Bagai Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan menusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas atau yang mungkin menindasnya. Dunia dan realitas atau realitas dunia ini bukan “sesuatu yang ada dengan sendirinya”, dan karena itu “harus diterima menurut apa adanya” sebagai suatu takdir atau semacam nasib yang tak terelakan, semacam mitos. Manusia harus menggeluti dunia akan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya-cipta, dan hal itu berarti atau mengandalkan perlunya sikap orintastif yang merupakan pengembangan bahasa pikiran (thought of language), yakni bahwa pada jakekatnya manusia mampu memahami keberadaan dirinya dan lingkungan dunianya yang dengan bekal pikiran dan tindak “praxis” nya ia merubah dunia dan realitas. Karna itulah manusia berbeda dengan binatang yang hanya digerakan oleh naluri. Manusia juga memiliki naluri, tapi juga memiliki keasadaran (consciousness). Manusia memiliki kepribadian, eksistensi. Ini tidak berarti manusia tidak memiliki keterbatasan, tetapi dengan fitra kemanusiannya seseorang harus mampu mengatasi situasi-situasi batas (limitsituation) yang mengekangnya. Jika seseorang menyerah pasrah pada situasi batas itu, apalagi tanpa ikhtiar dan kesadaran sama sekali, maka sesungguhnya ia tidak manusiawi lagi. Seseorang yang manusiawi harus menjadi pencipta (the creator) sejarahnya sendiri. Dan, karena seseorang hidup di dunia dengan orang-orang lain sebagai umat manusia, maka kenyataan “ada bersama” (being to gether) itu harus dijalani dalam proses “menjadi” (becoming) yang tak pernah selesai. Ini bukan sekedar adaptasi, tapi intergrasi untuk menjadi manusia seutuhnya. Manusia adalah penguasa atas dirinya, dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, menjadi bebas. Ini adalah tujuan akhir dari upaya humanisasinya Freire. Humanisasi, karenanya adalah juga berarti pemerdekaan atau pembebasan manusia dan situasi-situasi batas yang menindas di luar kehendaknya. Kaum tertindas harus memerdekakan dan membebaskan kaum penindas mereka dan penjarah hati nurani yang tidak jujur melakukan penindasan. Jika masih ada perkecualian, maka kemerdekaan dan kebebasan sejati tidak akan pernah tercapai secara penuh dan bermakna.

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

Artikel Motivasi:Contoh berpikir melingkar

Post by: Outbound Malang

Saya akan memberikan sebuah contoh yang nyata, judulny: “Pak DS membeli sebuah becak.” Pada suatu saat, Pak DS, (masih orang yang sama), bertugas diluar kota Jakarta. Dia memiliki seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan membutuhkan sarana transportasi yang aman dan murah. Tiba-tiba katanya, muncul sebuah ide bagaimana soal trasnportasi bisa diselesaikan, dan keamanan anaknya tetap terjamin. Yang dia lakukan sumggguh di luar dugaan, DS membeli sebuah becak. Kemudian ia memanggil seorang bapak tua yang tidak memiliki pekerjaan, yang ditugasi mengantar anaknya ke sekolah setiap hari. Setelah bertugas mengantar jemput sang anak ke sekolah, orang tua itu boleh mencari tambahan penghasilan lain dengan cara mencari penumpang. Perjanjian dibuat dan disepakati, bahwa setelah satu tahun becak tersebut akan menjadi milik si Bapak Tua tetapi dia berkewajiban menjaga keselamatan sang anak sekaligus mengantar dan menjemputnya. “Oh iya, satu lagi…” katanya. “Becak tersebut dihiasai bulu-bulu ayam yang berwarna-warni cerah.” Sang anak senang sekali.
Cerita ini salah satu contoh kecerdasan hati yang berpegang pada prinsip, berpikir melingkar dan mempergunakan radar hati. Saya akan coba bahas contoh tersebut dia atas. DS berprinsip pada keamanan anaknya. Namun dia juga mempertimbangkan prinsip memberi (kepada si Bapak tua), berprinsip pada kepercayaan (dari si Bapak tua), berprinsip sosial, berprinsip mencipta (lapangan pekerjaan), berprinsip membimbing (untuk si Bapak tua), berprinsip menolong (memberikan pekerjaan), berprinsip menghitung (masa kerja satu tahun sebelum memiliki becak untuk si Bapak tua), dan satu lagi, berprinsip indah (menghiasi becak). Inilah contoh berpikir melingkar itu

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

SUDUT PANDANG

Post by : Outbound Malang

Hai orang yang beriman! Taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul, dan orang-orang yang berkuasa di antara kamu. Dan bila kamu berselisih tentang sesuatu di kalanganmu sendiri, hendaklah kamu mengembalikannya kepada Allah dan Rasul. Jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, itu lebih baik dan penyelesaian yang paling indah.

– Q.S. 4 Surat An Nisa’ (Wanita-wanita) Ayat 59 –

Baru-baru ini ramai diperdebatkan tenang kasus “Domba Dolly” yaitu percobaan kloning yang sukses. Dunia gempar. Para ilmuwan bangga karena ini merupakan suatu perkembangan ilmu biologi yang sangat luar biasa. Namun beberapa agamawan menentang kloning ini, karena dianggap mengingkari tuhan “Garis demarkasi Tuhan”, katanya. Orang yang berprisipan pada ilmu pengetahuan mendukung, sebaliknya yang berprinsip pada etika moral menolak. Tidak kurang Bill Clinton pun sempat menolak hal ini. Dan sampai saat iniklonong menjadi perdebatan, bagaimana menurut anda?
Langkah pertama, untuk menjawab kondisi tersebut di atas maka pergunakanlah radar hati anda terlebih dahulu untuk menelusuri alam pikiran anda. Ranungkan sejenak, apakah sebenarnya prinsip yang bertengger di pikiran anda?
– Berprinsip pada ilmu pengetahuan, anda akan setuju.
– Berprinsip pada keamanan, anda mungkin akan lebih berhati-hati dan cenderung menolak.
– Berprinsip pada penciptaan, sudah pasti anda akan mendukung.
– Berprinsip pada uang, jelas anda akan menyetujuinya.
– Berprinsip pada kesejahteraan, anda mulai mendukung, tetapi tetap anda berpikir pada faktor yang lainnya yaitu keamanan.
– Ingat sifat Allah yang selalu bijaksana dan adil, maka anda pun akan bersifat adil dan bijaksana pula dalam mengambil keputusan, dengan mempertimbangkan semua kepentingan yang berasal dari suara hati yang lain atau berpikir melingkar ( 99 Thinking Hats). Thawaf suara hati.

Langkah kedua,
– Bersikap empati, yaitu mengenali dan memahami cara berpikir mereka. Anda akan dengan mudah mengenali prinsip mereka dengan cara mendengar jawaban dan pendapatnya.
– Pergunakan radar hati anda dengan cara berpikir “melingkar”, maka akan tersingkap bahwa jawaban mereka pastilah berdasarkan suara hati juga, yang berada hanyalah prioritas dan kepentingan saja.
– Berikan koridor dan tampung aspirasi mereka, bersikaplah rahman dan rahim!

Langkah ketiga,
– Musyawarahlah dengan berlandaskan prinsip, empati, dan prioritas berdasarkan situasi pada saat itu.
– Ingat prinsip zero mind dan prinsip adil, dan tetap memegang prinsip hanya Allah-lah yang Maha Benar.
– Jadi apakah keputusan anda sekarang, silahkan anda putuskan!

Hai orang yang beriman! Tegakkan keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah kebencian orang mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlakulah adil. Itu lebih dekat kepada takwa. Bertakwalah kepada Allah.

– Q.S. 5 Surat Al Ma’idah (Hidangan) ayat 5 –

Incoming search terms for the article:

Outbound Malang

– Outbound di Malang

– Outbound Training

Games Outbound: Menyambung Tujuh Tongkat

Post by : Outbound Malang

A. Tujuan Permaianan:
1. Meningkatkan kerja sama tim
2. Melatih kesabaran dan ketelitian
3. Mengatur strategi
4. Pentingnya seorang pemimpin

B. Alat:
1. Tongkat (kayu/rotan)
2. Tali jadam (tali pramuka) 10 gulung
3. Pasak 3 buah

C. Pelaksanaan:
1. Peserta berkelompok terdiri dari 8-15 orang
2. Peserta harus menyambung semua tongkat dan mendirikannya dengan tegak
3. Tongkat harus disambung dengan panjang sambungan antara kedua tongkat maksimaml 10 cm

D. Peraturan:
1. Peserta hanya boleh menggunakan tali dan pasak yang telah disediakan, tidak boleh menggunakan tali dan pasak tambahan
2. Tim yang menyelesaikan tugas lebih dulu menjadi pemenangnya.

Incoming search terms for the article:
– Outbound Malang
– Outbound di Malang
– Outbound Training

× Dapatkan Penawaran